Sungai Ciliwung
Bab I :
Penanggulangan Banjir di Sungai Ciliwung
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang :
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan
sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta, dan benda. Kejadian
banjir dapat dicegah.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana
tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu.
Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola Wilayah Sungai adalah
melaksanakan penanggulangan banjir terutama di Sungai Ciliwung.
1.2 Rumusan Masalah :
1.
Bagaimana cara untuk menanggulangi bencana
banjir di Sungai Ciliwung?
2.
Mengapa kita harus menanggulangi bencana banjir?
3.
Apa saja yang diperlukan untuk menanggulangi
banjir?
1.3 Penelitian / Tujuan :
1.
Menjelaskan pengertian penanggulangan banjir
2.
Menjelaskan cara menanggulangi banjir.
3.
Menjelaskan keuntungan melakukan penanggulangan
banjir.
1.4 Metode :
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode deskripsi
dan pendekatan yang digunakan yaitu dengan pendekatan normative, dimana penulis
menjelaskan dan memaparkan bagaimana cara menanggulangi banjir di Sungai
Ciliwung.
1.5 Manfaat :
Manfaat dan kegunaan tentang
penanggulangan banjir di sungai Ciliwung diharapkan bisa :
1. Menumbuhkan minat seseorang untuk bisa menjaga Sungai Ciliwung
2. Memberikan motivasi agar setiap orang mau menanggulangi banjir.
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara menanggulangi banjir.
1. Menumbuhkan minat seseorang untuk bisa menjaga Sungai Ciliwung
2. Memberikan motivasi agar setiap orang mau menanggulangi banjir.
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara menanggulangi banjir.
1.6 Sistematika Penulisan :
Adapun sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut :
Dalam sistematika penanggulang
banjir ini diawali dengan kata pengantar yang terdiri dari daftar isi,
dilanjutkan dengan isi yang terdiri dari beberapa Bab yaitu Bab I, Bab II, dan
Bab III, yakni rinciannya sebagai berikut:
- Bab I Pendahuluan
- Bab I Pendahuluan
Isi dari Pendahuluan ini
terdiri dari beberapa sub Bab yaitu; latar belakang, rumusan permasalahan,
tujuan, metode, manfaat, dan sistematika penelitian.
-
Bab II
Pembahasan
Pembahasan ini menguraikan
materi tentang penanggulangan banjir di Sungai Ciliwung yang terdiri atas :
keadaan Sungai Ciliwung, sikap warga sekitar, system penanganan sampah,
menanggulangi keadaan Sungai Ciliwung, fungsi Sungai Ciliwung, mencegah bencana
banjir, penjelasan penulis, dan hambatan hambatannya.
- Bab III Penutup
- Bab III Penutup
Dalam Bab III ini diisi dengan
penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran, dimana penulis setelah
menguraikan materi tentang penanggulangan banjir selanjutnya menyimpulkan dan
memberikan saran sehingga makalah ini bisa bermanfaat.
Bab II
Isi
2.1 Keadaan Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai besar yang terdapat
di Pulau Jawa. Panjang aliran utama Sungai Ciliwung hampir mencapai 120 kilometer.
Aliran sungainya itu melalui beberapa wilayah, yaitu, Kota Bogor, Kabupaten
Bogor, Kota Depok, dan Jakarta. Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran
puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), Jawa Barat.
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung
Pangrango dan daerah Puncak. Hilir aliran sungai yang panjang ini adalah Kota
Jakarta, Kota Metropolitan, pusat segala kegiatan ekonomi dan bisnis. Dari
hilir, air Sungai Ciliwung akan segera bermuara di Teluk Jakarta yang menjadi
tempat pertemuan 13 aliran-aliran sungai lainnya yang membelah Kota Jakarta.
Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara,
di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah
Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di
daerah Manggarai aliran Ciliwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan
banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga
Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena
dibuat kanal-kanal, seperti di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal
Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran. Di Manggarai, dibuat
Banjir Kanal Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati
Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit.
2.1.1
Keadaan
Sungai Ciliwung Dulu
Gambar A
menunjukkan muara sungai Ciliwung yang berada di Pasar Ikan. Ini dilihat dari
Menara Syahbandar, Jakarta.
Pada masa kebudayaan perunggu-besi sudah banyak masyarakat
yang memilih tinggal di pinggir sepanjang Sungai Ciliwung.Bahkan jejak
peninggalan masa Kerajaan Pajajaran, Kesultanan Banten, hingga masa kolonial
(penjajahan Belanda) masih bisa ditemukan di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciliwung.
Dulu, Sungai Ciliwung itu adalah sungai yang indah, airnya
jernih dan bersih. Banyak orang Belanda yang datang paling awal di Kota Jakarta
menulis bahwa Sungai Ciliwung itu indah, bersih, dan enak dipandang karena
airnya mengalir di tengah kota. Dulu juga sungai ini merupakan sungai
yang dijadikan pusat perekonomian masyarakat sekitar. Sungai ini dimanfaatkan
sebagai jalan transportasi dalam perdagangan. Selain itu airnya yang jernih
dapat dimanfaatkan untuk mandi ataupun mencuci. Sungai yang ada di
tengah-tengah perkotaan memiliki nilai yang sangat penting. Kebersihan yang
tetap terjaga akan memberikan rasa nyaman bagi penikmatnya.
Sungai Ciliwung ini lebar dan di bagian hilirnya bisa dilayari perahu kecil
pengangkut barang dagangan.
2.1.2
Keadaan
Sungai Ciliwung Sekarang
Sekarang akibat ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab
sungai CIliwung berubah 180 derajat seperti gambar B.
Air Ciliwung sekarang keruh, kecokelatan, kadang
menghitam, dan banyak sampahnya, sehingga tak sedap
dipandang mata dan dicium aromanya. Di pinggir sungai Ciliwung pun saat ini
berjejer rumah-rumah penduduk tak beraturan sampai mempersempit lebar sungai,
dan membuat alirannya tersumbat sehingga selalu menyebabkan banjir di kala
musim hujan tiba.
Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ciliwung memiliki
dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah
kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan
pemukiman-pemukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah
mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta.
Selain karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Puncak dan Bogor
yang rusak, DAS di Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan
yang mengakibatkan potensi penyebab banjir di Jakarta menjadi besar.
Sistem pengendalian banjir sungai ini mencakup pembuatan
sejumlah pintu air/pos pengamatan banjir, yaitu di Katulampa (Bogor), Depok,
Manggarai, serta Pintu Air Istiqlal. Pemerintah pernah merencanakan untuk
membangun Waduk Ciawi di Gadog, Megamendung, Bogor sebagai cara untuk
mengendalikan aliran sejak dari bagian hulu.
1.
Nama aslinya adalah Ci (Kali) Haliwung
(“haliwung” adalah bahasa Sunda untuk “keruh”) dan disebut dalam naskah Sunda
“Bujangga Manik” (abad ke-15).
2.
Kanal Molenvliet dibangun pada
pertengahan abad ke-17 (lihat Batavia).
2.2 Sikap Warga
Selain kurangnya tanah resapan akibat bangunan beton,
pengalih fungsi terhadap danau/situ, ataupun sungai juga pendorong terjadinya
banjir. Situ atau sungai dijadikan tempat pembuangan sampah, sebagian tepinya
didirikan rumah. Tentu saja tidak terlepas dari para urban yang sering mengira
hidup di kota besar merupakan awal perubahan nasib yang menyenangkan. Karena
kurangnya keterampilan, mendapatkan pekerjaan menjadi susah. Dengan begitu
untuk membiayai hidup semakin susah, terpaksa lahan kosong termasuk bantaran sungai
dijadikan tempat tinggal yang paling murah.
Setiap hari sampah rumah tangga baik yang organic maupun
anorganik terus diproduksi dan pengolahannya sangat minim. Tanah pembuangan
sampah pun minim, dengan mudah mereka berpikir untuk menghanyutkan sampah
kesungai. Tanpa disadari itu akan mendangkalkan dan mencemari air sungai.
Sehingga air sungai tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal baik sebagai air
untuk mencuci atau untuk transportasi.
Sungguh menyedihkan kalau kita melihat keadaan sungai
ciliwung sekarang yang hitam pekat oleh limbah keluarga, pabrik, maupun sampah
yang dibuang begitu saja oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan
tidak pernah berterima kasih kepada lingkungan yang telah memberikan
penghidupan dan kesejukan yang kita inginkan. Jika alam mampu memberikan
kehidupan bagi kita mengapa kita tidak memelihara sungai Ciliwung yang berada
dijantung kota Jakarta ini dan alam sekitarnya.
Tak lepas keadaan ini dipengaruhi dari tata kota yang tidak
memperhatikan dengan kondisi alam. Dan bahkan mempersempit keberadaan sungai
ciliwung dengan adanya bangunan liar dan pendangkalan sungai akibatsampah dan
limbah lingkungan. Kepadatan penduduk yang mengakibatkan bantaran ciliwung
dijadikan tempat hunian. Dengan alasan tekanan biaya hidup dan ekonomi, mereka
menempati bantaran sungai dan menebang pohon yang ada di sekitar sungai mupun
di hulu Ciliwung. Berkonotasi jutaan warga yang miskin dan pendatang liar.
Sungai Ciliwung juga mempunyai potensi sebagai tempat wisata
dan penggerak perekonomian masyarakat di sekitar sungai Ciliwung. Selain itu
dapat dimanfaatkan tempat wisata. Penebangan hutan secara liar dan pembuangan
sampah disungai yang mengakibatkan sungai atau danau tidak dapat menampung
debit ketika hujan. Belum lagi pengalihan hutan untuk persawahan dan peternakan
Seringkali korban banjir maupun orang yang melihatnya pun menyalahkan pemerintah yang tidak dapat mengatur tata kota dan penebang liar.
Seringkali korban banjir maupun orang yang melihatnya pun menyalahkan pemerintah yang tidak dapat mengatur tata kota dan penebang liar.
Tanpa disadari masyarakat sendiri juga penyebabnya karena
malas, ketamakan dan keegoisan. Kita seringkali buang sampah disembarang tempat
termasuk di sungai ciliwung. Karena ingin kaya lalu menebang pohon tanpa
menanam kembali dan tidak suka meninggalkan bantaran sungai ciliwung sebagai
tempat tinggal serta Bersi keras untuk tetap tinggal . Padahal dengan begitu
akan mempersempit sungai ciliwung. Haruskah kita melimpahkan itu pada
pemerintah jika kita sendiri tidak mau membuka mata dan telinga untuk
lingkungan sekitar kita? Pemerintah pada dasarnya juga punya kewajiban alam
bencana banjir atau kekurangan air bersih namun tidak bisa menanggung
sepenuhnya. Hendaklahmereka membuat peraturan untuk mengatur dan menjaga
kelestarian lingkungan. Tentu dengan dukungan warga yang harus mematuhinya.
Disayangkan sekali kita sendiri masih meremehkan dan ketegasan sanksi dari
pemerintah masih minim sekali.
2.3 Sistem
Penanganan Sampah, Penanggulangan Keadaan Sungai Ciliwung
2.3.1
Sistem
Penanganan Sampah
Sampah-sampah yang berada di
sekitar Sungai Ciliwung mempersempit lebar Sungai Ciliwung. Sampah- samoah
tersebut berasal dari warga yang tinggal di pinggir Sungai tersebut. Sebagain
besar warga belum sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Sampah
rumah tangga dibuang begitu saja ke aliran sungai sehingga menganggu aliran air
dan mengurangi volume daya tampung air sungai. Akibat hal tersebut ketika
musim hujan tiba, banjir pun tidak bisa dielakkan lagi.
Pengananan
sungai yang dimaksud adalah banyaknya taman-taman di bantaran sungai yang
dibuat, tebing-tebing sungai yang dibersihkan dan diperkokoh untuk mencegah
erosi. Sebelumnya Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta,
Peni Susanti, di Jakarta, Kamis (17/6) mengatakan ada 109 titik pembuangan
sampah di sepanjang Sungai Ciliwung. Saat ini baru 12 titik sampah yang
ditangani. Ini berkat meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang
sampah ke kali dan bantarannya
BPLHD sendiri telah membersihkan
Sungai Ciliwung pada 109 titik sampah di kali sepanjang 39 kilometer tersebut,
mulai dari Jembatan Kelapa Dua Depok, Srengseng Sawah Jakarta Selatan sampai
dengan muara di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
2.3.2
Penanggulangan
Keadaan Sungai Ciliwung
Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan diharapkan mampu mengupayakan kebijakan yang berlandaskan lingkungan
sehingga pembangunan berkelanjutan dapat direalisasikan. Pemda tidak bisa terus
menerus mencari pembelaan diri seperti yang kerap kali dilakukan ketika musibah
banjir melanda DKI Jakarta. Seperti yang diketahui bersama, pemda DKI Jakarta
seringkali menyalahkan kondisi sebagian wilayah DKI yang permukaan tanahnya
berada di bawah permukaan air laut sehingga manakala musim hujan tiba, bukan
banjir yang terjadi di DKI Jakarta melainkan hanya genangan air yang akan surut
dengan sendirinya. Hal ini seolah dijadikan sebagai pelindung diri dari
ketidaktegasan pemda dalam mengatasi pengaturan pemukiman warga di bantaran
Sungai Ciliwung Jakarta.
Pemerintah membutuhkan cara-cara
inovatif untuk bisa mengatasi permasalahan pemukiman liar warga di
sepanjang bantaran Sungai Ciliwung. Sosialisasi dan edukasi kepada warga masyarakat
tentang pentingnya menjaga lingkungan demi pembangunan berkelanjutan sangat
perlu dilakukan. Pendekatan secara personal ataupun komunal sangat penting
dilakukan sehingga warga akan memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk menerima
relokasi pemukiman yang dilakukan oleh pemda. Cara-cara klasik yang dilakukan
oleh pemda, misalnya dengan pengrusakan pemukiman warga secara paksa oleh
Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) seperti yang seringkali dilakukan sudah
saatnya ditinggalkan. Pemaksaan hanya akan menimbulkan sikap resistensi warga
terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemda.
Pemda DKI Jakarta saat ini
sejatinya membutuhkan para tenaga kerja yang mampu mensosialisaikan dan
mengedukasi warga di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung agar bisa
memahami maksud kebijakan relokasi pemukiman dan menerima relokasi yang
dilakukan oleh pemda. Ketika kesadaran warga untuk menjaga lingkungan dan
kesediaannya untuk direlokasikan ada, maka tugas pemda selanjutnya adalah
menyediakan pemukiman yang layak huni, aman, mudah dan terjangkau. Untuk
melakukan semua itu dibutuhkan konsistensi dan komitemen yang tinggi dari semua
pihak yang terlibat, mulai dari pemda, masyarakat, dan para pengusaha yang
kerap kali juga turut berkontribusi melakukan pencemaran lingkungan di sepanjang
Sungai Ciliwung melalui limbah usahanya. Dengan sinergisitas dari semua pihak
diharapkan upaya mewujudkan Kota DKI Jakarta yang bersih, aman, nyaman, dan
sehat bisa terwujud. Amin.
2.4 Fungsi Sungai
Fungsi Sungai Ciliwung terbagi
menjadi 2 macam, yaitu : Fungsi Sungai Secara Umum dan khusus.
2.4.1
Fungsi
Sungai Secara Umum
Seperti yang kita ketahui, sungai
sangat berarti bagi kehidupan manusia. Ada beberapa fungsi sungai secara umum,
antara lain :
1. Sebagai
transportasi jalur air.
2. Sebagai
sumber air.
2.4.2
Fungsi
Sungai Ciliwung
Seperti yang sudah di katakan di atas, pada zaman dulu,
sungai ini dipakai untuk pusat perekonomian masyarakat sekitar. Sungai
ini dimanfaatkan sebagai jalan transportasi dalam perdagangan. Selain itu
airnya yang jernih dapat di manfaatkan untuk mandi ataupun mencuci. Sungai yang
ada di tengah-tengah perkotaan memiliki nilai yang sangat penting. Kebersihan
yang tetap terjaga akan memberikan rasa nyaman bagi penikmatnya.
2.5
Mencegah
Bencana Banjir
Banjir adalah sebuah
bencana yang diakibatkan oleh air. Air yang menggenang atau bahkan mengalir
deras tidak pada tempatnya. Inilah yang akhir-akhir ini sangat akrab dengan
masyarakat Indonesia. Terutama dalam beberapa tahun terakhir ini.
Banyak masyarakat
yang kehilangan harta benda mereka. Bahkan, nyawa mereka akibat banjir ini.
Oleh karena itu, alangkah bijaksananya jika kita mencari cara agar bencana
banjir itu tidak lagi dialami oleh masyarakat Indonesia. Cara mencegah banjir
yang efektif diantaranya sebagai berikut :
Mendirikan Bangunan atau Konstruksi.
1. Kanal
Air
Kanal air
adalah sungai buatan untuk mengalirkan air sehingga air itu sampai ke laut.
2. Bendungan
Memiliki
bentuk seperti kolam air raksasa. Fungsinya untuk tempat menampung air dengan
ukuran yang sangat besar. Selain itu, bendungan dapat difungsikan untuk
pengairan, tempat pemancingan atau untuk membangkitkan tenaga listrik.
3. Tanggul
Tanggul
adalah bangunan yang berbentuk tembok yang memagari pinggiran sungai. Bangunan
ini dibuat untuk mencegah air meluap ke daerah-daerah yang berada di sekitar
sungai.
Menjaga Kelestarian Alam
Salah satu
penyebab banjir adalah kelestarian alam yang sudah rusak. Pohon-pohon ditebangi
di mana-mana. Adanya kebakaran hutan atau sengaja dibakar untuk kepentingan
manusia juga bukit-bukit yang dibuat vila-vila mewah oleh manusia. Semuanya itu
merusak kestabilan lingkungan. Terutama berkurangnya jumlah pohon yang ada di
Indonesia.
Padahal,
pohon adalah sahabat air. Dengan menggundulinya, maka yang terjadi adalah tidak
adanya penyerapan air yang efektif. Hal ini pada akhirnya menyebabkan
terjadinya banjir di mana-mana.
Cukup
ironis memang di Negara yang menjadi paru-paru dunia ini terjadi banjir di
mana-mana. Oleh karena itu, kita bias mencegah banjir dengan menambah
pohon-pohon di sekitar kita. Tanam sebanyak mungkin pohon agar daya serap air
oleh pohon bias mencegah banjir.
Menjaga Kebersihan
Lingkungan
yang kotor dengan menumpuknya sampah di mana-mana menyebabkan aliran air atau
bahkan sungai tidak dapat mengalir dengan derasnya. Hal ini menyebabkan pedangkanlan
air sungai. Dengan dangkalnya sungai tersebut, sungai yang ada tidak dapat
menampung air dengan banyak. Air yang ada tidak bias mengalir dengan lancer
sampai ke laut sehingga terjadilah banjir.
Cara
efektif untuk mencegahnya adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan. Daur
ulang sampah yang bias didaur ulang dan manfaatkan sampah-sampah organic
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti dibuat pupuk atau bahan bakar
organic.
Buat Lubang Biopori
Lubang
biopori ini dapat mencegah banjir karena di lubang ini kita bisa menaruh
sampah-sampah organic yang akan membusuk dan berubah menjadi kompos yang
berguna bagi tanah dan dapat dimanfaatkan untuk menampung air.
Cara
membuatnya cukup mudah. Anda cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan
bor tanah. Diameternya cukup 10 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman
rumah. Anda semakin aman dari bahaya banjir.
2.6
Pendapat
Penulis
Sesuai penjelasan
yang telah diungkapkan di atas, banjir adalah suatu bencana yang diakibatkan
oleh banjir. Dan Sungai Cilwung adalah salah satu sungai terbesar di Pulau
Jawa.
Sudah kita ketahui
keadaan Sungai Ciiwung di jaman dulu sangat berbeda dengan keadaannya sekarang.
Sampah di mana-mana, terjadinya pendangkalan, airnya yang makin hari makin
mengkeruh, dan bau tak sedap yang tercium dari sungai.
Seharusnya, kita
sebagai manusia yang memerlukan sungai untuk kehidupan sehari-hari harus
menjaga, merawat dan memperbaiki sungai tersebut. Jangan sampai tangan-tangan
tak bertanggung jawab kembali beraksi dan membuat keadaan Sungai Ciliwung makin
memburuk. Banyak cara untuk merawat dan memperbaiki Sungai Ciliwung. Di
antaranya :
a.
Tidak membuang sampah di sekitar
sungai, apalagi ke dalam sungai tersebut.
b.
Tidak membangun rumah atau bangunan
lainnya di bantaran sungai.
c.
Membuat Tempat Pembuangan Sampah
khusus, agar masyarakat tidak membuang sampah ke dalam sungai.
Bukan masyarakat saja
yang harus menjaga, merawat dan memperbaiki Sungai Ciliwung, tapi pemerintah
juga harus ikut mengambil andil dalam urusan ini.
Bagaimanapun juga
Sungai CIliwung adalah salah satu kekayaan alam yang kita punya. Kita harus
menjaganya dan merawatnya dengan baik. Jangan sampah karena perbuatan orang
yang tak bertanggung jawab Sungai Ciliwung menjadi rusak dan tidak bisa
digunakan lagi.
Banyak cara juga untuk mencegah
datangnya bencana banjir. Bencana banjir tidak bias diprediksi kapan akan
terjadi. Untuk itu kita harus siaga dan berupaya untuk mencegah bencana banjir
dari sekarang. Berikut beberapa cara mencegah banjir.
a.
Membuat Kanal air.
b.
Membuat Bendungan.
c.
Membuat Tanggul.
d.
Menjaga kelestarian alam.
e.
Menjaga kebersihan
f.
Membuat lubang biopori.
2.7
Hambatan-Hambatannya
Dalam
melakukan kegiatan apapun pasti selalu ada hambatannya. Termasuk dalam upaya
mencegah banjir di Sungai CIliwung. Di antaranya :
a.
Adanya orang-orang yang tak bertanggung
jawab yang terus membuang sampah di sungai.
b.
Adanya perasaan malas untuk
membersihkan Sungai.
c.
Dana yang mungkin sewaktu-waktu bisa
kurang
d.
Kesadaran manusia itu sendiri atas
kebersihan lingkungan.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mencegah
banjir di Sungai CIliwung itu perlu kesadaran manusia itu sendiri atas
kebersihan lingkungan.
2. Mencegah
banjir itu perlu kerjasama antara pemerintahan dan masyarakat.
3. Keadaan
Sungai Ciliwung sebagian besar diakibatkan oleh sikap warga itu sendiri yang
tidak bertanggung jawab.
3.2 Saran
Ada
beberapa saran dalam upaya mencegah banjir, antara lain :
1. Pemerintah
memberi penyuluhan kepada masyarakat bahwa bersih itu sehat, agar masyarakat
menyadari bahwa membuang sampah di sungai itu tidak baik untuk keadaan sungai
tersebut dan kesehatan masyarakat di sekitar sungai.
2. Pemerintah
memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang tanggung jawab, agar para
masyarakat bertanggung jawab tentang apa yang terjadi pada Sungai Ciliwung.
3. Masyarakat
selalu berkerjasama dengan Pemerintah, agar Sungai Cilwiung terjaga dengan
baik.
Daftar Pustaka :
1.
NN. Sungai Ciliwung. http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Tempat-Menarik/Sungai-Ciliwung
2.
Veliria, Mittha. Rabu, Januari 02 September
2009. CIliwung Harapanku. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. http://khmandayu.blogspot.com/2009/09/ciliwung-harapanku.html
3.
NN. 14 Januari 2010. Kebersihan di
Sekitar Kali Ciliwung. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/kebersihan-di-sekitar-kali-ciliwung/
4.
Ahira, Anne. Cara Mencegah Banjir yang
Efektif. - http://www.anneahira.com/cara-mencegah-banjir.htm
5.
Prasojo, Eko dkk.2006. Desentralisasi
dan Pemerintahan Daerah: antara model demokrasi lokal dan efisiensi struktural.
Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
6.
Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses
Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media Pressindo.
7.
Dwi Prasdi,Nanang.Ekspedisi Ciliwung
2009: Upaya Memetakan Masalah Banjir Jakarta. Kompas.com (edisi : 18 Januari
2009).
Komentar
Posting Komentar