Sungai Ciliwung


               Bab I :
Penanggulangan Banjir di Sungai Ciliwung
Pendahuluan
1.1   Latar Belakang                          :
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta, dan benda. Kejadian banjir dapat dicegah.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola Wilayah Sungai adalah melaksanakan penanggulangan banjir terutama di Sungai Ciliwung.

1.2   Rumusan Masalah                   :
1.       Bagaimana cara untuk menanggulangi bencana banjir di Sungai Ciliwung?
2.       Mengapa kita harus menanggulangi bencana banjir?
3.       Apa saja yang diperlukan untuk menanggulangi banjir?

1.3   Penelitian / Tujuan                 :
1.       Menjelaskan pengertian penanggulangan banjir
2.       Menjelaskan cara menanggulangi banjir.
3.       Menjelaskan keuntungan melakukan penanggulangan banjir.

1.4   Metode                                       :
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode deskripsi dan pendekatan yang digunakan yaitu dengan pendekatan normative, dimana penulis menjelaskan dan memaparkan bagaimana cara menanggulangi banjir di Sungai Ciliwung.

1.5   Manfaat                                       :
Manfaat dan kegunaan tentang penanggulangan banjir di sungai Ciliwung diharapkan bisa :
1. Menumbuhkan minat seseorang untuk bisa menjaga Sungai Ciliwung
2. Memberikan motivasi agar setiap orang mau menanggulangi banjir.
3. Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara menanggulangi banjir.

1.6   Sistematika Penulisan           :
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
Dalam sistematika penanggulang banjir ini diawali dengan kata pengantar yang terdiri dari daftar isi, dilanjutkan dengan isi yang terdiri dari beberapa Bab yaitu Bab I, Bab II, dan Bab III, yakni rinciannya sebagai berikut:
- Bab I Pendahuluan
Isi dari Pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub Bab yaitu; latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, metode, manfaat, dan sistematika penelitian.
-   Bab II Pembahasan
Pembahasan ini menguraikan materi tentang penanggulangan banjir di Sungai Ciliwung yang terdiri atas : keadaan Sungai Ciliwung, sikap warga sekitar, system penanganan sampah, menanggulangi keadaan Sungai Ciliwung, fungsi Sungai Ciliwung, mencegah bencana banjir, penjelasan penulis, dan hambatan hambatannya.
- Bab III Penutup
Dalam Bab III ini diisi dengan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran, dimana penulis setelah menguraikan materi tentang penanggulangan banjir selanjutnya menyimpulkan dan memberikan saran sehingga makalah ini bisa bermanfaat.


















               Bab II
Isi
2.1   Keadaan Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai besar yang terdapat di Pulau Jawa. Panjang aliran utama Sungai Ciliwung hampir mencapai 120 kilometer. Aliran sungainya itu melalui beberapa wilayah, yaitu, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Jakarta. Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), Jawa Barat.
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Hilir aliran sungai yang panjang ini adalah Kota Jakarta, Kota Metropolitan, pusat segala kegiatan ekonomi dan bisnis.  Dari hilir, air Sungai Ciliwung akan segera bermuara di Teluk Jakarta yang menjadi tempat pertemuan 13 aliran-aliran sungai lainnya yang membelah Kota Jakarta.
Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di daerah Manggarai aliran Ciliwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena dibuat kanal-kanal, seperti di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran. Di Manggarai, dibuat Banjir Kanal Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit.

2.1.1          Keadaan Sungai Ciliwung Dulu
Gambar A menunjukkan muara sungai Ciliwung yang berada di Pasar Ikan. Ini dilihat dari Menara Syahbandar, Jakarta.
Pada masa kebudayaan perunggu-besi sudah banyak masyarakat yang memilih tinggal di pinggir sepanjang Sungai Ciliwung.Bahkan jejak peninggalan masa Kerajaan Pajajaran, Kesultanan Banten, hingga masa kolonial (penjajahan Belanda) masih bisa ditemukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
Dulu, Sungai Ciliwung itu adalah sungai yang indah, airnya jernih dan bersih. Banyak orang Belanda yang datang paling awal di Kota Jakarta menulis bahwa Sungai Ciliwung itu indah, bersih, dan enak dipandang karena airnya mengalir di tengah kota. Dulu juga sungai ini merupakan sungai yang dijadikan pusat perekonomian masyarakat sekitar. Sungai ini dimanfaatkan sebagai jalan transportasi dalam perdagangan. Selain itu airnya yang jernih dapat dimanfaatkan untuk mandi ataupun mencuci. Sungai yang ada di tengah-tengah perkotaan memiliki nilai yang sangat penting. Kebersihan yang tetap terjaga akan memberikan rasa nyaman bagi penikmatnya. Sungai Ciliwung ini lebar dan di bagian hilirnya bisa dilayari perahu kecil pengangkut barang dagangan.


2.1.2          Keadaan Sungai Ciliwung Sekarang
Sekarang akibat ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab sungai CIliwung berubah 180 derajat seperti gambar B.
Air Ciliwung sekarang keruh, kecokelatan, kadang menghitam,  dan  banyak sampahnya, sehingga tak sedap dipandang mata dan dicium aromanya. Di pinggir sungai Ciliwung pun saat ini berjejer rumah-rumah penduduk tak beraturan sampai mempersempit lebar sungai, dan membuat alirannya tersumbat sehingga selalu menyebabkan banjir di kala musim hujan tiba.
Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ciliwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Puncak dan Bogor yang rusak, DAS di Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan potensi penyebab banjir di Jakarta menjadi besar.
Sistem pengendalian banjir sungai ini mencakup pembuatan sejumlah pintu air/pos pengamatan banjir, yaitu di Katulampa (Bogor), Depok, Manggarai, serta Pintu Air Istiqlal. Pemerintah pernah merencanakan untuk membangun Waduk Ciawi di Gadog, Megamendung, Bogor sebagai cara untuk mengendalikan aliran sejak dari bagian hulu.
1.       Nama aslinya adalah Ci (Kali) Haliwung (“haliwung” adalah bahasa Sunda untuk “keruh”) dan disebut dalam naskah Sunda “Bujangga Manik” (abad ke-15).
2.       Kanal Molenvliet dibangun pada pertengahan abad ke-17 (lihat Batavia).

2.2   Sikap Warga
Selain kurangnya tanah resapan akibat bangunan beton, pengalih fungsi terhadap danau/situ, ataupun sungai juga pendorong terjadinya banjir. Situ atau sungai dijadikan tempat pembuangan sampah, sebagian tepinya didirikan rumah. Tentu saja tidak terlepas dari para urban yang sering mengira hidup di kota besar merupakan awal perubahan nasib yang menyenangkan. Karena kurangnya keterampilan, mendapatkan pekerjaan menjadi susah. Dengan begitu untuk membiayai hidup semakin susah, terpaksa lahan kosong termasuk bantaran sungai dijadikan tempat tinggal yang paling murah.
Setiap hari sampah rumah tangga baik yang organic maupun anorganik terus diproduksi dan pengolahannya sangat minim. Tanah pembuangan sampah pun minim, dengan mudah mereka berpikir untuk menghanyutkan sampah kesungai. Tanpa disadari itu akan mendangkalkan dan mencemari air sungai. Sehingga air sungai tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal baik sebagai air untuk mencuci atau untuk transportasi.
Sungguh menyedihkan kalau kita melihat keadaan sungai ciliwung sekarang yang hitam pekat oleh limbah keluarga, pabrik, maupun sampah yang dibuang begitu saja oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak pernah berterima kasih kepada lingkungan yang telah memberikan penghidupan dan kesejukan yang kita inginkan. Jika alam mampu memberikan kehidupan bagi kita mengapa kita tidak memelihara sungai Ciliwung yang berada dijantung kota Jakarta ini dan alam sekitarnya.
Tak lepas keadaan ini dipengaruhi dari tata kota yang tidak memperhatikan dengan kondisi alam. Dan bahkan mempersempit keberadaan sungai ciliwung dengan adanya bangunan liar dan pendangkalan sungai akibatsampah dan limbah lingkungan. Kepadatan penduduk yang mengakibatkan bantaran ciliwung dijadikan tempat hunian. Dengan alasan tekanan biaya hidup dan ekonomi, mereka menempati bantaran sungai dan menebang pohon yang ada di sekitar sungai mupun di hulu Ciliwung. Berkonotasi jutaan warga yang miskin dan pendatang liar.
Sungai Ciliwung juga mempunyai potensi sebagai tempat wisata dan penggerak perekonomian masyarakat di sekitar sungai Ciliwung. Selain itu dapat dimanfaatkan tempat wisata. Penebangan hutan secara liar dan pembuangan sampah disungai yang mengakibatkan sungai atau danau tidak dapat menampung debit ketika hujan. Belum lagi pengalihan hutan untuk persawahan dan peternakan
Seringkali korban banjir maupun orang yang melihatnya pun menyalahkan pemerintah yang tidak dapat mengatur tata kota dan penebang liar.
Tanpa disadari masyarakat sendiri juga penyebabnya karena malas, ketamakan dan keegoisan. Kita seringkali buang sampah disembarang tempat termasuk di sungai ciliwung. Karena ingin kaya lalu menebang pohon tanpa menanam kembali dan tidak suka meninggalkan bantaran sungai ciliwung sebagai tempat tinggal serta Bersi keras untuk tetap tinggal . Padahal dengan begitu akan mempersempit sungai ciliwung. Haruskah kita melimpahkan itu pada pemerintah jika kita sendiri tidak mau membuka mata dan telinga untuk lingkungan sekitar kita? Pemerintah pada dasarnya juga punya kewajiban alam bencana banjir atau kekurangan air bersih namun tidak bisa menanggung sepenuhnya. Hendaklahmereka membuat peraturan untuk mengatur dan menjaga kelestarian lingkungan. Tentu dengan dukungan warga yang harus mematuhinya. Disayangkan sekali kita sendiri masih meremehkan dan ketegasan sanksi dari pemerintah masih minim sekali.

2.3    Sistem Penanganan Sampah, Penanggulangan Keadaan Sungai Ciliwung
2.3.1          Sistem Penanganan Sampah
Sampah-sampah yang berada di sekitar Sungai Ciliwung mempersempit lebar Sungai Ciliwung. Sampah- samoah tersebut berasal dari warga yang tinggal di pinggir Sungai tersebut. Sebagain besar warga belum sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Sampah rumah tangga dibuang begitu saja ke aliran sungai sehingga menganggu aliran air dan mengurangi volume daya tampung  air sungai. Akibat hal tersebut ketika musim hujan tiba, banjir pun tidak bisa dielakkan lagi.
Pengananan sungai yang dimaksud adalah banyaknya taman-taman di bantaran sungai yang dibuat, tebing-tebing sungai yang dibersihkan dan diperkokoh untuk mencegah erosi. Sebelumnya Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta, Peni Susanti, di Jakarta, Kamis (17/6) mengatakan ada 109 titik pembuangan sampah di sepanjang Sungai Ciliwung. Saat ini baru 12 titik sampah yang ditangani. Ini berkat meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke kali dan bantarannya
BPLHD sendiri telah membersihkan Sungai Ciliwung pada 109 titik sampah di kali sepanjang 39 kilometer tersebut, mulai dari Jembatan Kelapa Dua Depok, Srengseng Sawah Jakarta Selatan sampai dengan muara di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
2.3.2          Penanggulangan Keadaan Sungai Ciliwung
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan diharapkan mampu mengupayakan kebijakan yang berlandaskan lingkungan sehingga pembangunan berkelanjutan dapat direalisasikan. Pemda tidak bisa terus menerus mencari pembelaan diri seperti yang kerap kali dilakukan ketika musibah banjir melanda DKI Jakarta. Seperti yang diketahui bersama, pemda DKI Jakarta seringkali menyalahkan kondisi sebagian wilayah DKI yang permukaan tanahnya berada di bawah permukaan air laut sehingga manakala musim hujan tiba, bukan banjir yang terjadi di DKI Jakarta melainkan hanya genangan air yang akan surut dengan sendirinya. Hal ini seolah dijadikan sebagai pelindung diri dari ketidaktegasan pemda dalam mengatasi pengaturan pemukiman warga di bantaran Sungai Ciliwung Jakarta.
Pemerintah membutuhkan cara-cara inovatif untuk bisa mengatasi permasalahan  pemukiman liar  warga di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung. Sosialisasi dan edukasi kepada warga masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan demi pembangunan berkelanjutan sangat perlu dilakukan. Pendekatan secara personal ataupun komunal sangat penting dilakukan sehingga warga akan memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk menerima relokasi pemukiman yang dilakukan oleh pemda. Cara-cara klasik yang dilakukan oleh pemda, misalnya dengan pengrusakan pemukiman warga secara paksa oleh Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) seperti yang seringkali dilakukan sudah saatnya ditinggalkan. Pemaksaan hanya akan menimbulkan sikap resistensi warga terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemda.
Pemda DKI Jakarta saat ini sejatinya membutuhkan para tenaga kerja yang mampu mensosialisaikan dan mengedukasi warga di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung agar bisa  memahami maksud kebijakan relokasi pemukiman dan  menerima relokasi yang dilakukan oleh pemda. Ketika kesadaran warga untuk menjaga lingkungan dan kesediaannya untuk direlokasikan ada, maka tugas pemda selanjutnya adalah menyediakan pemukiman yang layak huni, aman, mudah dan terjangkau. Untuk melakukan semua itu dibutuhkan konsistensi dan komitemen yang tinggi dari semua pihak yang terlibat, mulai dari pemda, masyarakat, dan para pengusaha yang kerap kali juga turut berkontribusi melakukan pencemaran lingkungan di sepanjang Sungai Ciliwung melalui limbah usahanya. Dengan sinergisitas dari semua pihak diharapkan upaya mewujudkan Kota DKI Jakarta yang bersih, aman, nyaman, dan sehat bisa terwujud. Amin.

2.4      Fungsi Sungai
Fungsi Sungai Ciliwung terbagi menjadi 2 macam, yaitu : Fungsi Sungai Secara Umum dan khusus.
2.4.1          Fungsi Sungai Secara Umum
Seperti yang kita ketahui, sungai sangat berarti bagi kehidupan manusia. Ada beberapa fungsi sungai secara umum, antara lain :
1.       Sebagai transportasi jalur air.
2.       Sebagai sumber air.

2.4.2          Fungsi Sungai Ciliwung
Seperti yang sudah di katakan di atas, pada zaman dulu, sungai ini dipakai untuk pusat perekonomian masyarakat sekitar. Sungai ini dimanfaatkan sebagai jalan transportasi dalam perdagangan. Selain itu airnya yang jernih dapat di manfaatkan untuk mandi ataupun mencuci. Sungai yang ada di tengah-tengah perkotaan memiliki nilai yang sangat penting. Kebersihan yang tetap terjaga akan memberikan rasa nyaman bagi penikmatnya.

2.5   Mencegah Bencana Banjir
Banjir adalah sebuah bencana yang diakibatkan oleh air. Air yang menggenang atau bahkan mengalir deras tidak pada tempatnya. Inilah yang akhir-akhir ini sangat akrab dengan masyarakat Indonesia. Terutama dalam beberapa tahun terakhir ini.
Banyak masyarakat yang kehilangan harta benda mereka. Bahkan, nyawa mereka akibat banjir ini. Oleh karena itu, alangkah bijaksananya jika kita mencari cara agar bencana banjir itu tidak lagi dialami oleh masyarakat Indonesia. Cara mencegah banjir yang efektif diantaranya sebagai berikut :
                Mendirikan Bangunan atau Konstruksi.
1.       Kanal Air
Kanal air adalah sungai buatan untuk mengalirkan air sehingga air itu sampai ke laut.
2.       Bendungan
Memiliki bentuk seperti kolam air raksasa. Fungsinya untuk tempat menampung air dengan ukuran yang sangat besar. Selain itu, bendungan dapat difungsikan untuk pengairan, tempat pemancingan atau untuk membangkitkan tenaga listrik.
3.       Tanggul
Tanggul adalah bangunan yang berbentuk tembok yang memagari pinggiran sungai. Bangunan ini dibuat untuk mencegah air meluap ke daerah-daerah yang berada di sekitar sungai.

                Menjaga Kelestarian Alam
Salah satu penyebab banjir adalah kelestarian alam yang sudah rusak. Pohon-pohon ditebangi di mana-mana. Adanya kebakaran hutan atau sengaja dibakar untuk kepentingan manusia juga bukit-bukit yang dibuat vila-vila mewah oleh manusia. Semuanya itu merusak kestabilan lingkungan. Terutama berkurangnya jumlah pohon yang ada di Indonesia.
Padahal, pohon adalah sahabat air. Dengan menggundulinya, maka yang terjadi adalah tidak adanya penyerapan air yang efektif. Hal ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana.
Cukup ironis memang di Negara yang menjadi paru-paru dunia ini terjadi banjir di mana-mana. Oleh karena itu, kita bias mencegah banjir dengan menambah pohon-pohon di sekitar kita. Tanam sebanyak mungkin pohon agar daya serap air oleh pohon bias mencegah banjir.

Menjaga Kebersihan
Lingkungan yang kotor dengan menumpuknya sampah di mana-mana menyebabkan aliran air atau bahkan sungai tidak dapat mengalir dengan derasnya. Hal ini menyebabkan pedangkanlan air sungai. Dengan dangkalnya sungai tersebut, sungai yang ada tidak dapat menampung air dengan banyak. Air yang ada tidak bias mengalir dengan lancer sampai ke laut sehingga terjadilah banjir.
Cara efektif untuk mencegahnya adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan. Daur ulang sampah yang bias didaur ulang dan manfaatkan sampah-sampah organic menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti dibuat pupuk atau bahan bakar organic.


Buat Lubang Biopori
Lubang biopori ini dapat mencegah banjir karena di lubang ini kita bisa menaruh sampah-sampah organic yang akan membusuk dan berubah menjadi kompos yang berguna bagi tanah dan dapat dimanfaatkan untuk menampung air.
Cara membuatnya cukup mudah. Anda cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah. Anda semakin aman dari bahaya banjir.

2.6   Pendapat Penulis
Sesuai penjelasan yang telah diungkapkan di atas, banjir adalah suatu bencana yang diakibatkan oleh banjir. Dan Sungai Cilwung adalah salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa.
Sudah kita ketahui keadaan Sungai Ciiwung di jaman dulu sangat berbeda dengan keadaannya sekarang. Sampah di mana-mana, terjadinya pendangkalan, airnya yang makin hari makin mengkeruh, dan bau tak sedap yang tercium dari sungai.
Seharusnya, kita sebagai manusia yang memerlukan sungai untuk kehidupan sehari-hari harus menjaga, merawat dan memperbaiki sungai tersebut. Jangan sampai tangan-tangan tak bertanggung jawab kembali beraksi dan membuat keadaan Sungai Ciliwung makin memburuk. Banyak cara untuk merawat dan memperbaiki Sungai Ciliwung. Di antaranya :
a.       Tidak membuang sampah di sekitar sungai, apalagi ke dalam sungai tersebut.
b.      Tidak membangun rumah atau bangunan lainnya di bantaran sungai.
c.       Membuat Tempat Pembuangan Sampah khusus, agar masyarakat tidak membuang sampah ke dalam sungai.
Bukan masyarakat saja yang harus menjaga, merawat dan memperbaiki Sungai Ciliwung, tapi pemerintah juga harus ikut mengambil andil dalam urusan ini.
Bagaimanapun juga Sungai CIliwung adalah salah satu kekayaan alam yang kita punya. Kita harus menjaganya dan merawatnya dengan baik. Jangan sampah karena perbuatan orang yang tak bertanggung jawab Sungai Ciliwung menjadi rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
Banyak cara juga untuk mencegah datangnya bencana banjir. Bencana banjir tidak bias diprediksi kapan akan terjadi. Untuk itu kita harus siaga dan berupaya untuk mencegah bencana banjir dari sekarang. Berikut beberapa cara mencegah banjir.
a.       Membuat Kanal air.
b.      Membuat Bendungan.
c.       Membuat Tanggul.
d.      Menjaga kelestarian alam.
e.      Menjaga kebersihan
f.        Membuat lubang biopori.
2.7   Hambatan-Hambatannya
Dalam melakukan kegiatan apapun pasti selalu ada hambatannya. Termasuk dalam upaya mencegah banjir di Sungai CIliwung. Di antaranya :
a.       Adanya orang-orang yang tak bertanggung jawab yang terus membuang sampah di sungai.
b.      Adanya perasaan malas untuk membersihkan Sungai.
c.       Dana yang mungkin sewaktu-waktu bisa kurang
d.      Kesadaran manusia itu sendiri atas kebersihan lingkungan.


Bab III
Penutup

3.1   Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.       Mencegah banjir di Sungai CIliwung itu perlu kesadaran manusia itu sendiri atas kebersihan lingkungan.
2.       Mencegah banjir itu perlu kerjasama antara pemerintahan dan masyarakat.
3.       Keadaan Sungai Ciliwung sebagian besar diakibatkan oleh sikap warga itu sendiri yang tidak bertanggung jawab.

3.2   Saran
Ada beberapa saran dalam upaya mencegah banjir, antara lain :
1.       Pemerintah memberi penyuluhan kepada masyarakat bahwa bersih itu sehat, agar masyarakat menyadari bahwa membuang sampah di sungai itu tidak baik untuk keadaan sungai tersebut dan kesehatan masyarakat di sekitar sungai.
2.       Pemerintah memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang tanggung jawab, agar para masyarakat bertanggung jawab tentang apa yang terjadi pada Sungai Ciliwung.
3.       Masyarakat selalu berkerjasama dengan Pemerintah, agar Sungai Cilwiung terjaga dengan baik.








Daftar Pustaka        :

2.       Veliria, Mittha. Rabu, Januari 02 September 2009. CIliwung Harapanku. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. http://khmandayu.blogspot.com/2009/09/ciliwung-harapanku.html
3.       NN. 14 Januari 2010. Kebersihan di Sekitar Kali Ciliwung. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/kebersihan-di-sekitar-kali-ciliwung/
4.       Ahira, Anne. Cara Mencegah Banjir yang Efektif. - http://www.anneahira.com/cara-mencegah-banjir.htm
5.       Prasojo, Eko dkk.2006. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah: antara model demokrasi lokal dan efisiensi struktural. Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
6.       Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media Pressindo.
7.       Dwi Prasdi,Nanang.Ekspedisi Ciliwung 2009: Upaya Memetakan Masalah Banjir Jakarta. Kompas.com (edisi : 18 Januari 2009).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Napak Tilas Sejarah Tasikmalaya

Laporan Praktikum Kimia (Elektroisis)

NORMALISASI (NORMALIZATION)