Napak Tilas Sejarah Tasikmalaya
Alun-alun dulu (tempo dulu)
Dimulai pada abad ke VII sampai abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) atau dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Semplakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang yang pada masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.
Kerajaan Tasik
Sebelum ibukota Kabupaten Sukapura berkedudukan di Tasikmalaya, kota ini
merupakan sebuah afdeeling yang diperintah oleh seorang Patih Lurah
(Zelfstandige Patih). Waktu itu namanya Tawang atau Galunggung. Sering
juga penyebutannya disatukan menjadi Tawang-Galunggung. Tawang sama
dengan “sawah” artinya tempat yang luas terbuka, dalam Bahasa Sunda berarti
“palalangon”.
Ada pendapat lain
yang menerangkan arti Tasikmalaya, yaitu berasal dari kata “tasik” dan “laya”,
artinya “keusik ngalayah”, maksudnya banyak pasir di mana-mana,
mengingatkan kejadian meletusnya Gunung Galunggung Oktober 1822, yang
menyemburkan pasir panas ke arah Kota Tasikmalaya. Keterangan kedua menyebutkan
bahwa Tasikmalaya berasal dari kata “Tasik” dan “Malaya”. Tasik dalam bahasa
Sunda berarti danau, laut dan Malaya artinya nama deretan pegunungan di Pantai
Malabar India.
Menurut Buku
Pangeling-ngeling 300 Tahun Ngadegna Kabupaten Sukapura dan keterangan
R.Yudawikarta, bahwa Sareupeun Cibuniagung berputera Entol Wiraha yang menikah
dengan Nyai Punyai Agung, seorang pewaris dari Negara Sukakerta, dan Entol
Wiraha diangkat menjadi Umbul di Sukakerta. Waktu Wirawangsa, putra Entol
Wiraha menjadi umbul Sukakerta, Bupati Wedana di Priangan dipegang oleh Dipati
Ukur Wangsanata.
Kerajaan ini
bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka
atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan
Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa
Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari inilah
mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian.
Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada jaman Prabu Siliwangi
(1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini
bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan di Sukakerta dengan Ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sejaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sejaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.
Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah masuk Islam.
Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibukota negeri yang awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”.
Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) ibukota Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibukota dipindahkan ke Manonjaya (1832). Perpindahan ibukota ini dengan alasan untuk memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam menghadapi Diponegoro. Pada tanggal 1 Oktober 1901 ibukota Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang pemindahan ini cenderung berrdasarkan alasan ekonomis bagi kepentingan Belanda. Pada waktu itu daerah Galunggung yang subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di ibukota daerah. Letak Manonjaya kurang memenuhi untuk dijadikan tempat pengumpulan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan di Sukakerta dengan Ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sejaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sejaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.
Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah masuk Islam.
Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibukota negeri yang awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”.
Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) ibukota Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibukota dipindahkan ke Manonjaya (1832). Perpindahan ibukota ini dengan alasan untuk memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam menghadapi Diponegoro. Pada tanggal 1 Oktober 1901 ibukota Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang pemindahan ini cenderung berrdasarkan alasan ekonomis bagi kepentingan Belanda. Pada waktu itu daerah Galunggung yang subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di ibukota daerah. Letak Manonjaya kurang memenuhi untuk dijadikan tempat pengumpulan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.
Pada tahun 1900
Bupati Sukapura XII, R.T. Wirahadiningrat yang memerintah dari tahun 1875
hingga 1901 mendapat Bintang Oranye Nasau, dari pemerintah Hindia Belanda yang
menjadikan namanya dikenal sebagai Dalem Bintang. Pada tahun itu pula ibukota
Sukapura dipindahkan dari Manonjaya ke Tasikmalaya. Adapun yang melaksanakan
perpindahan ibukota adalah penggantinya, yaitu R.Tg. Wiriaadiningrat, Bupati
Sukapura XIII. Ada beberapa alasan dipindahkannya ibukota Kabupaten Sukapura ke
Tasikmalaya, di antaranya karena daerah Tasikmalaya yang lebih dekat ke
Galunggung termasuk daerah yang subur sehingga baik untuk penanaman nila,
disamping itu daerah kota Tasikmalaya lebih luas, datar dan indah dibandingkan
Manonjaya.
Nama Kabupaten
Sukapura pada tahun 1913 diganti namanya menjadi Kabupaten Tasikmalaya dengan
R.A.A Wiratanuningrat (1908-1937) sebagai Bupatinya.
Pada tahun 1942, penjajahan Belanda berakhir diganti dengan pemerintahan militer Jepang. Karena adanya peraturan pengumpulan beras dari pemerintahan Jepang, pernah muncul pemberontakan para santri di pasantren Sukamanah yang dipimpin seorang ulama besar, K.H.Z. Mustofa yang dibela Bupati R.T. Wiradiputra.
Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara pentasbihan atau penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung.
PERISTIWA PENTING
Dalam perjalanannya Tasikmalaya mencatat beberapa peristiwa penting bersejarah antara lain :
1. Pemberontakan melawan penjajahan Jepang yang dipimpin oleh K.H.Zaenal Mustofa di Singaparna.
2. Pelucutan senjata KOMPETAI oleh para pemuda.
3. Penerbangan pertama dengan pesawat terbang yang menggunakan bendera merah putih dari Pangkalan Udara Cibeureum dilakukan oleh pilot Adi Sutjipto dan Basyir Surya.
4. Lahirnya Divisi Siliwangi
5. Pemberangkatan Hijrah ke Yogyakarta
6. Pusat Pemerintahan Jawa Barat di pengungsian di Cipicung Culamega.
7. Kongres pertama Koperasi Indonesia yang melahirkan Hari Koperasi 12 Juli.
8 Lahirnya konsep pertahanan keamanan rakyat semesata (HANKAMRATA).
Selain itu ada beberapa peristiwa penting yang patut diketahui antara lain :
1. Peristiwa meledaknya pabrik mesiu DAHANA tanggal 5 Maret 1976.
2. Meletusnya Gunung Galunggung tanggal 5 April 1982.
3. Penganugerahan PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA pada akhir Pelita IV tahun 1989.
4. Sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan pertanian, koperasi dan Keluarga Berencana (PERTASI KENCANA) Tingkat Nasional tahun 1994.
5. Terjadinya kerusuhan 26 Desember 1996 yang dikenal dengan peristiwa Desember kelabu.
6. Sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan pertemuan petani se Indonesia dan Asia Tenggara (PENAS) Tingkat Nasional tahun 2002
Prestasi baik di tingkat Nasional maupun internasional, antara lain Solihin, Susi Susanti, Lidya Jaelawijaya, Lamting di bidang olah raga, Abdul Rodjak dan Mak Eroh sebagai perintis lingkungan hidup yang telah mendapatkan penghargaan Kalpataru, dan sejumlah 8 orang pengrajin yang berhasil memperoleh penghargaan Upakarti, prestasi dibidang MTQ, serta prestasi lainnya.
Di bidang kesenian, Tasikmalaya telah pula melahirkan seniman-seniman tingkat nasional, seperti Budayawan Wahyu Wibisana, dan artis- artis nasional.
Pada tahun 1942, penjajahan Belanda berakhir diganti dengan pemerintahan militer Jepang. Karena adanya peraturan pengumpulan beras dari pemerintahan Jepang, pernah muncul pemberontakan para santri di pasantren Sukamanah yang dipimpin seorang ulama besar, K.H.Z. Mustofa yang dibela Bupati R.T. Wiradiputra.
Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara pentasbihan atau penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung.
PERISTIWA PENTING
Dalam perjalanannya Tasikmalaya mencatat beberapa peristiwa penting bersejarah antara lain :
1. Pemberontakan melawan penjajahan Jepang yang dipimpin oleh K.H.Zaenal Mustofa di Singaparna.
2. Pelucutan senjata KOMPETAI oleh para pemuda.
3. Penerbangan pertama dengan pesawat terbang yang menggunakan bendera merah putih dari Pangkalan Udara Cibeureum dilakukan oleh pilot Adi Sutjipto dan Basyir Surya.
4. Lahirnya Divisi Siliwangi
5. Pemberangkatan Hijrah ke Yogyakarta
6. Pusat Pemerintahan Jawa Barat di pengungsian di Cipicung Culamega.
7. Kongres pertama Koperasi Indonesia yang melahirkan Hari Koperasi 12 Juli.
8 Lahirnya konsep pertahanan keamanan rakyat semesata (HANKAMRATA).
Selain itu ada beberapa peristiwa penting yang patut diketahui antara lain :
1. Peristiwa meledaknya pabrik mesiu DAHANA tanggal 5 Maret 1976.
2. Meletusnya Gunung Galunggung tanggal 5 April 1982.
3. Penganugerahan PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA pada akhir Pelita IV tahun 1989.
4. Sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan pertanian, koperasi dan Keluarga Berencana (PERTASI KENCANA) Tingkat Nasional tahun 1994.
5. Terjadinya kerusuhan 26 Desember 1996 yang dikenal dengan peristiwa Desember kelabu.
6. Sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan pertemuan petani se Indonesia dan Asia Tenggara (PENAS) Tingkat Nasional tahun 2002
Prestasi baik di tingkat Nasional maupun internasional, antara lain Solihin, Susi Susanti, Lidya Jaelawijaya, Lamting di bidang olah raga, Abdul Rodjak dan Mak Eroh sebagai perintis lingkungan hidup yang telah mendapatkan penghargaan Kalpataru, dan sejumlah 8 orang pengrajin yang berhasil memperoleh penghargaan Upakarti, prestasi dibidang MTQ, serta prestasi lainnya.
Di bidang kesenian, Tasikmalaya telah pula melahirkan seniman-seniman tingkat nasional, seperti Budayawan Wahyu Wibisana, dan artis- artis nasional.
online casino game - Kasino Pintar
BalasHapusOnline Casino choegocasino game by Kasino 샌즈카지노 Pintar. Best Casinos, Best VIP Program, Best 온카지노 Slots. Best Bonuses. Best Live Casino. Best Welcome Offers.