Makalah Penelitian TPA Ciangir
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lingkungan
hidup adalah segala sesuatu (benda, keadaan, situasi) yang ada di sekeliling
makhluk hidup dan berpengaruh terhadap kehidupan (sifat, pertumbuhan,
persebaran) makhluk hidup yang bersangkutan.
Pencemaran
lingkungan salah satunya yaitu pencemaran tanah, dimana pencemaran tanah di
sebabkan oleh sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak. Sampah juga merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai
ekonomis.
Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir
dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
kondisi Tempat Pembuangan Sampah Ciangir?
2. Bagaimana
cara mengolah sampah?
C. Tujuan
1.
Menjelaskan kondisi Tempat Pembuangan
Sampah Ciangir.
2.
Menjelaskan cara mengolah sampah
D. Lokasi
Tempat
Pembuangan Sampah Ciangir, Tasikmalaya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kondisi
Tempah
Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Ciangir, Kota Tasikmalaya, merupakan
tempat
pembuangan akhir untuk kota tasikmalaya. Tumpukan sampah yang tiap hari makin
bertambah membuat beberapa masalah baru di desa ini. Diantaranya warga
mengalami gatal-gatal, diare, bau tak sedap, dan pencemaran tanah. Kondisi ini
didukung dengan manusianya yang menyebabkan pencemaran/ kerusakan lingkungan.
Manusia dengan seenaknya membuang sampah sembarangan yang menyebabkan daerah
tersebut lebih kotor yang berbau tak sedap.
Ini
berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat setempat. Lalat, nyamuk beserta bau
busuk yang berada di tempat membuat tak nyaman orang-orang yang bertamu ke
daerah tersebut.
Pemerintah
sudah memberikan sebuah mobil keruk besar untuk mengoperkan sampah, namun
kenyataannya sampah hanya diabiarkan bertumpukan dan tak ada perubahan. Beberapa
penduduk berkata bahwa sampah di sana setiap hari bertambah dan menggunung yang
membuat lalat mengelilingi tempat tersebut dan membawa berbagai macam penyakit
yang merugikan penduduk tersebut.
Di
sini ditemukan beberapa hewan, diantaranya adala sapi. Sapi ini ternyata
memakan makanan sampah yang ada di TPSA ini. Ini sangat berbahaya, karena jika
sapi tersebut disembelih oleh masyarakat dan dikonsumsi oleh masyarakat
setempat akan berakibat fatal. Karena, makanan yang dimakan oleh sapi tersebut
ini mungkin saja di dalamnya terdapat kuman dan bibit penyakit, sehingga
mungkin saja sapi terjangkit sebuah penyakit yang jika dagingnya dimakan,
penyakit tersebut dapat berpindah kepada makhluk hidup yang mengkonsumsinya.
Kami
menemukan beberapa penduduk yang sudah terbiasa dengan bau dan keadaan di sana.
Nama narasumber (penduduk setempat) adalah Ibu Rina. Ibu Rina menjelaskan bahwa
dirinya sudah terbiasa dengan bau busuk dan tumpukan sampah. Ibu Rina merasa
terganggu dengan adanya binatang-binatang, seperti anjing, dan truk-truk sampah
yang beberapa diantaranya kurang sopan dan menurunkan sampah dimana saja.
Untungnya, air di daerah setempat ini tidak tercemar, jadi penduduk di sini
dapat menggunakan air yang masih layak pakai.
Menurut
narasumber ini, dengan keadaan seperti ini, penduduk mendapatkan pekerjaan baru
yaitu memulung sampah. Jika TPSA ini dipindahkan, maka penduduk tidak punya
lagi pekerjaan. Hanya saja ada sebuah harapan dari narasumber untuk pemerintah,
yaitu agar pemerintah dapat mengatur letak dan batas untuk menyimpan sampah,
karena pada kenyataanya sampah disimpan dimana saja, bahkan bersebelahan dengan
permukiman penduduk, atau semrawut.
Dengan
kata lain, keberadaan TPSA di Ciangir ini dapat berdampak buruk dan juga dapat
berdampak baik bagi penduduk setempat.
B. Cara Pengelolahan Sampah
Kami menemukan beberapa cara pengelolaan
sampah agar sampah di TPA
dapat
berkurang volumenya dan menjadi lebih bermanfaat. Diantaranya :
1.
Dengan
memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik terlebih dahulu. Kemudian,
untuk sampah organik, buat lubang pada tanah sekitar 1 atau 2 meter tingginya.
Masukkan sampah kedalam lubang tersebut dan tutup bagian atasnya dengan tanah
kembali. Proses ini dibiarkan dalam beberapa minggu atau bulan. Setelah
beberapa bulan, gali tanah tempat kita mengubur sampah organic itu dan liat
apakah sampah sudah terurai seluruhnya oleh mikroorganisme. Jika sudah, maka
sampah yang telah terurai itu telah berubah menjadi pupuk kompos. Selanjutnya,
kita dapat menggunakan tanah tersebut untuk bertani.
Untuk
sampah anorganiknya, kami menyarankan untuk membuat
sebuah
penampungan sampah khusus sampah anorganik yang akan di olah menjadi barang
pakai ulang (reuse) dengan tujuan
agar sampah tidak terbentuk. Untuk pengolahan sampah anrganik sebagai barang
pakai ulang diperlukan orang-orang dengan ide kreatif tinggi yang dapat
mengolah sampah menjadi sebuah barang baru yang lebih berguna. Contohnya sampah
bungkus sebuah kemasan makanan snack diubah menjadi sebuah tas mini untuk tas
yang lebih trendy dan berguna.
2.
Mengolah sampah organik (khususnya
sampah kulit buah-buahan) menjadi sebuah aksesoris baru atau menjadi sumber
biogas. Indonesia memiliki banyak anak bangsa yang berwawasan luas disertai ide
yang cemerlang, terbukti dengan beberapa anak bangsa mendapatkan sebuah
pengakuan dunia atas karyanya mengolah sampah kulit buah-buahan menjadi sumber
biogas. Kita hanya tinggal memerlukan kesadaran dari masyarakat sekitar agar
dapat membantu dalam mengolah sampah ini menjadi sumber biogas. Pemerintah
seharusnya mensosialisasikan tentang bagaiman cara mengolah sampah menjadi
sumber biogas kepada masyarakat yang tinggal di daerah tempat penampungan
sampah sementara (TPSS) atau tempat pembuangan sampah akhir (TPSA).
3.
Sampah juga dapat dibuat sebagai aksesoris
atau kerajinan tangan bagi para remaja. Contohnya saja kita membuat sebuah
kertas daur ulang warna-warni atau sebuah cermin yang dihiasi dengan aneka
aksesoris buatan dari pengolahan sampah.
Masih
banyak lagi cara-cara pengolahan sampah. Sebenarnya Indonesia telah
memiliki
segalanya, dari mulai bahan dasar hingga alatnya. Indonesia hanya memerlukan
kesadaran dari warganya dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kondisi
TPSA Ciangir kotor, berbau tak sedap, keadaan semrawut dengan sampah yang
membukit.
2. Ada
sebagian warga yang mengeluh dengan keadaan ini, namun, ada juga warga yang
terbiasa dan tidak ingin TPSA ini dipindahkan.
3. TPSA
ini dapat menguntungkan warga dengan membuka lapangan kerja baru yaitu memulung
sampah dan memilah sampah.
4. Banyak
cara mengolah sampah, namun yang diperlukan adalah SDM yang memadai.
B.
Saran
Bukan
warga setempat saja yang harus menyadari dan tidak membuang sampah sembarangan,
namun seluruh warga yang selalu membuan sampah, karena jika ini dibiarkan, akan
terjadi pencemaran yang merugikan warga di daerah setempat.
LAMPIRAN
Keterangan
foto hasil observasi :
Komentar
Posting Komentar